PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

-[ RANTING PUCUK CABANG LAMONGAN ]-

Kamis, 30 April 2009

LOYALITAS WARGA PSHT

Diposting oleh PSHT

Kutipan dr PSHT cabang Malang http://shteratemlg.multiply.com/

Loyalitas organisasi, atau kesetiaan terhadap organisasi adalah faktor penting yang menentukan hidup matinya organisasi. Loyalitas organisasi dapat membuat sebuah organisasi tumbuh berkembang menjadi besar, atau justru mati perlahan-lahan. Loyalitas terhadap organisasilah yang membuat seorang karyawan bekerja setiap hari di perusahaan, simpatisan parpol menyumbang dana kampanye untuk calon pilihannya, atau seorang mahasiswa rela bekerja sebagi panitia acara kampus.Dengan kata lain, loyalitas terhadap organisasi adalah urat nadi sebuah organisasi, sesuatu yang membuat para anggotanya berperilaku, bertindak, atau berkorban demi kepentingan organisasi.

Bagaimana di SH Terate?


Loyalitas organisasi adalah sesuatu yang sangat vital di SH Terate. Vital karena SH Terate adalah organisasi "non profit" yang tujuannya bukan untuk mencari keuntungan. SH Terate juga tidak berafiliasi pada aliran politik manapun, pada agama tertentu, atau pada segolongan tertentu. Artinya eksistensi organisasi SH Terate semata-mata ditentukan oleh rasa memiliki anggota organisasi (Warga) terhadap SH Terate, yang dimana rasa memiliki itu dinaungi oleh rasa persaudaraan antara masing-masing anggota. Itulah SH Terate kita.

Bagaimana loyalitas Warga SH Terate terhadap SH Terate, selama ini?

Ada tiga jenis loyalitas Warga di SH Terate.
Yaitu loyalitas material, loyalitas emosional, dan loyalitas spiritual.
Berikut akan diterangkan satu persatu.

Loyalitas material, yaitu loyalitas semata-mata karena imbalan materi yang didapatnya dari SH Terate. Dengan kata lain, Warga tersebut hanya eksis, aktif di SH Terate bila SH Terate memberikan imbalan kepadanya yang bersifat material. Material yang dimaksud disini bukan hanya uang, tetapi juga "materi/benda" lainnya seperti misalnya makanan, minuman, bingkisan hadiah, fasilitas dsb. Karena loyalitasnya semata-mata ditentukan materi, maka Warga tersebut hanya aktif bila ada imbalan materi. Demikian sebaliknya, apabila ada suatu hal di SH Terate yang membutuhkan pengorbanan materi dari anggotanya, biasanya warga tersebut enggan untuk memberikan. Karena itulah, loyalitas ini yang paling rendah tingkatannya.

Loyalitas emosional, yaitu loyalitas semata-mata karena "imbalan emosional" yang didapatnya di SH Terate. Loyalitas emosional lebih tinggi tingkatannya daripada loyalitas material. Pada loyalitas emosional, warga tersebut aktif karena SH Terate memberikan pengalaman atau perasaan yang menyenangkan baginya. Keakraban, ikatan emosional antara warga, pengalaman mendebarkan saat bertanding atau berkelahi, perasaan superior (merasa kuat), pujian, penghargaan atau penghormatan dari orang-orang/warga lain, dsb... semua itu adalah imbalan yang bersifat "emosional" yang diberikan oleh SH Terate. Artinya
Warga tersebut hanya aktif selama SH Terate menyenangkan baginya. Demikian sebaliknya, bila ia mendapat pengalaman tidak menyenangkan di SH Terate, ia akan marah/kecewa (mutung) kemudian berhenti aktif.

Loyalitas yang paling tinggi tingkatannya adalah loyalitas spiritual. Loyalitas ini bersifat internal, muncul dari dalam diri seorang warga SH Terate sendiri. Keaktifannya di SH Terate tidak dipengaruhi oleh materi ataupun ikatan emosional. Keakatifannya di SH Terate semata-mata karena "saya adalah orang SH Terate", semata-mata karena rasa tanggung jawab menjadi seorang insan SH Terate. Pada tingkatan ini, seorang warga tidak memiliki alasan apapun untuk aktif, selain karena rasa tanggung jawabnya terhadap SH Terate. Mendapatkan imbalan materi atau penghormatan/pujian bukan hal yang penting baginya. Demikian juga sebaliknya, bila ada kesempatan ia rela mengorbankan materi, atau bila ia menemui kekecewaan atau pengalaman buruk di SH Terate, hal itu tidak membuatnya mundur untuk beraktivitas di SH Terate. Ketika loyalitas material dan emosional masih bersifat eksternal, dipengaruhi oleh sesuatu di luar diri seorang Warga, maka loyalitas spritual sudah bersifat internal, berasal dari dalam diri sendiri, digerakkan semata-mata oleh hati nurani (consience) yang mampu membedakan mana benar mana salah.

Bahasa awamnya, loyalitas material adalah "saya aktif di SH Terate karena saya mendapatkan sesuatu (barang/uang)";
loyalitas emosional adalah "saya aktif di SH Terate karena merasa senang disitu",
dan loyalitas spiritual adalah "saya aktif di SH Terate karena saya orang SH Terate".

Sebagian besar warga SH Terate masih terjebak di loyalitas material dan emosional. Belum banyak yang mampu melangkah ke loyalitas spiritual. Dan loyalitas ini tidak ditentukan oleh tingkatan, apakah tingkat I atau II, dan juga tidak ditentukan oleh lamanya seseorang menjadi warga SH Terate. Kadang ada warga yang sudah bertahun-tahun disahkan namun baru sampai di tingkat loyalitas material, tetapi ada juga warga yang baru disahkan langsung memiliki loyalitas emosional.

Namun loyalitas macam apa yang dimiliki hanya bisa diketahui oleh diri masing-masing. Artinya hanya kita sendiri yang tahu loyalitas apa yang kita berikan pada SH Terate. Apakah masih bersifat material, emosional, atau sudah spiritual?

Hanya kita sendiri yang tahu.

5 komentar:

PSHT mengatakan...

Loyalitas disini, secara umum, menurut saya masih terlalu sempit. Seolah loyalitas hanya bisa ditunjukkan dengan keaktifan kita dalam berorganisasi. Berkiprah dalam masyarakat dan menjadi suri tauladan yang bisa di'jago'kan selalu terlewatkan dalam konteks pemahaman mengenai apa dan siapa itu orang yang 'Setia Hati'. Padahal sejak awal Mbah Suro sudah memberi pelajaran mengenai bagaimana menjadi seorang yang Setia Hati dalam masyarakat, seorang yang bisa menjadi contoh di masyarakat, seorang yang mampu menunjukkan makna sesungguhnya dari Setia Hati. Katanya 'Memayu Hayuning Bawana' Community, tapi kenapa masih banyak warga 'bodoh' yang membawa-bawa nama organisasi dalam masalah 'konyol'nya. Andai loyalitas bisa diartikan lebih luas...andai tiap warga bisa menunjukkan kharisma keSHannya dalam masyarakat. Menunjukkan bahwa PSHT bukan hanya sebuah organisasi pencak silat, tapi juga sebuah wadah persaudaraan yang ikut membina masyarakat untuk bisa menjadi masyarakat yang lebih baik, adalah tugas kita bersama.

PSHT mengatakan...

jawabpan dr shteratemlg
Loyalitas yang dibahas disini memang hanya berada dalam konteks keaktifan dalam organisasi. Karena itu menggunakan istilah "Warga" yang artinya "anggota yang telah disahkan sesuai tata cara organisasi". Artinya penyandang gelar Warga adalah anggota sah SH Terate, sehingga ada tanggung jawab yang mengikutinya, yaitu berpartisipasi dalam organisasi SH terate dalam bentuk apapun. Melatih, berlatih, bertanding, mengurus organisasi, dsb.

karena SH Terate butuh keaktifan warganya.
Tanpa keaktifan Warga, SH Terate tidak bisa jalan.
entah itu di ranting, cabang, komisariat, IPSI, dimana saja.

untuk aktif di SH Terate memang menyita tenaga, waktu, pikiran, fisik, mental, material dll
dan tidak semua Warga SH Terate bersedia mengorbankan hal tersebut

PSHT mengatakan...

komentar dr elsabil
Kalau boleh menambahkan bahwa loyalitas (baca: bahasa SH-nya adalah 'setia') adalah kesetiaan yang memang bisa ditunjukkan maupun tidak, karena kita(sh) dididik untuk setia kepada hati, ini adalah aplikasi kesetiaan berlaku hanya kepada diri sendiri tidak untuk orang lain. Mengenai kesetiaan kepada organisasi ada banyak faktor yang menjadikan warga menjadi matre', emosional atau spiritual. Dan jangan disalahkan bila kita menemui warga yang setia pada hatinya atau mungkin levelnya loyal karena materi, emosional bahkan tidak aktif sama sekali, itupun tidak ada sanksi apapun kecuali: sanksi moral (bisa apa kita?).Kita masih bersyukur, banyak warga yang begitu loyalitasnya kepada SH, bahkan melebihi loyalitas spiritual (ada nggak?). Tapi bila sudah menjadi warga semestinya, selayaknya, sepatutnya, dan seharusnya kita bisa setia kepada SH karena kita SH. Dan jika keberadaan kita dan kesetiaan kita tidak bisa menjadikan SH bertahan sampai MATAHARI TERBIT DARI BARAT, maka tanyalah pada diri kita apakah ilmu tentang kesempurnaan hidup yang kita dapatkan dari SH tidak kita pertanggung jawabkan nantinya... berarti kita termasuk orang yang tidak mengamalkan ilmu. Dan jika kita tidak mengamalkan ilmu berarti kita egois menjadikan ilmu untuk diri sendiri dan itu tidak menjadi ilmu yang manfaat.

warga biasa.

PSHT mengatakan...

komentar dr kruxkrux
" Tapi bila sudah menjadi warga semestinya, selayaknya, sepatutnya, dan seharusnya kita bisa setia kepada SH karena kita SH. "
aku setuju, mas....

Artikel ini memang menggugat keaktifan warga SH terate terhadap SH terate. Beberapa orang mungkin setuju, atau tidak, ada yang barangkali merasa terganggu dengan adanya artikel ini, karena isinya menggelitik masalah "kesetiaan" yang selama ini sakral dibicarakan dalam SHT.

Menurutku, baiklah, kita memang bersaudara. Tapi kok kesadaran berorganisasi jadi kesadaran masing-masing?

Betul, kita harus ber SH pada diri sendiri. Tapi kok kita tidak terapkan itu kepada organisasi kita?

Apakah kita tega kalau organisasi kita ini hancur, lumpuh, dimanfaatkan, dipojokkan, diserang, dibodohi, dipecundangi... apakah kita hanya akan duduk diam-diam saja dan berkata dalam hati "aku kan sudah berSH, that's not my problem". Di komisariat, ranting, cabang manapun pasti ada masalah itu. Pasti selalu ada keluhan bagaimana supaya Warga mau aktif ngurusin SH. Sibuk kuliah, kerja, dll adalah masalah yang klasik. dalih yang umum dipakai namun juga tidak bisa disalahkan atau dipersalahkan.

namun bagaimanapun... yang menyenangkan bagi saya adalah kita punya banyak pilihan untuk mewujudkan loyalitas kita pada organisasi. Latihan, ngelatih, ngurus UKM, ngumpul bicarakan SH, macam-macam...bebas...

Sesungguhnya tanggung jawab kita menjadi Warga SH terate sangat berat... selain bertanggung jawab pada organisasi kita bertanggung jawab kepada diri sendiri. Kalau kita tidak siap untuk itu, kita bisa tanyakan pada diri sendiri "sudahkah saya jadi orang SH terate?"

Yang bisa mengangkat nama SH Terate cuma warga SH terate sendiri, demikian juga yang bisa menghancurkan SH terate cuma warga SH terate sendiri.

seandainya semua warga SH Terate punya loyalitas spritual... wah pasti apik...

Ahmad Santoso mengatakan...

Ha itu yang saya maksudkan beri warga kita berita hangat yang mamacu semangat untuk maju, beri kesahan yang menekankan budi pekerti luhur (ahlaqul karima) kutipan alquran atau hadist misalnya.

Posting Komentar